Rabu, 09 Mei 2012

Studi Epidemiologi Analitik

 DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
Adelia
Adi setya
Rizky Maisar Putra
Romayana Simanungkalit
Rozika Amalia
Siti Susanti
Yusfika



STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK

1.1       PENGERTIAN STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK
            Epidemiologi analitik merupakan studi epidemiologi yang ditujukan untuk mencari faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya variasi yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada kelompok individu. (Eko Budiarto, 2002:111)
                Epidemiologi analitik adalah epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah kesehatan.
        Studi analitik digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat dan berpegangan pada pengembangan data baru. Kunci dari studi analitik ini adalah untuk menjamin bahwa studi di desain tepat sehingga temuannya dapat dipercaya (reliabel) dan valid (Thomas C. Timmreck, 2004:217)
            Penelitian eksperimen merupakan metode yang paling kuat untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat (Eko Budiarto, 2002:135)
                Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi) besarnya hubungan / pengaruh paparan terhadap penyakit.
            Studi analitik merupakan studi epidemiologi yang menitikberatkan pada pencarian hubungan sebab (faktor-faktor resiko) – akibat (kejadian penyakit).
                Studi epidemiologi analitik adalah studi epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban tentang penyebab terjadinya masalah kesehatan (determinal), besarnya masalah/ kejadian (frekuensi), dan penyebaran serta munculnya masalah kesehatan (distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab akibat anatara faktor resiko dan penyakit.




1.2 TUJUAN STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK
Epidemologi Analitik adalah riset epidemiologi yang bertujuan untuk:
  1. Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit.
  2. Memprediksikan kejadian penyakit
  3. Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian penyakit.

1.3 JENIS STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK
Berdasarkan peran epidemiologi analitik dibagi 2 :
  1. Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong lintang (cross sectional) dan studi Kohort.
  2. Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi).

1.3.1 STUDI OBSERVASIONAL
A. Studi potong lintang (Cross sectional)
                Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan faktor penyebab yang mempengaruhi penyakit tersebut dengan mengamati status faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut secara serentak pada individu atau kelompok pada satu waktu.
            Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama.

 

Langkah – langkah penelitian cross sectional :
1.              Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor resiko dan faktor efek
2.              Menetapkan subjek penelitian
3.              Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor resiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data)
4.              Melakukan analisi korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran)
Contoh : Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badab Bayi Lahir (BBL) denagn menggunakan rancanagn atau pendekatan cross sectional.
Ciri khas rancangan cross sectional :
-          Peneliti melakukan observasi / pengukuran variabel pada suatu saat tertentu
-          Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua faktor baik pemajanan (exposure) maupun penyakit yang dinilai pada waktu yang sama
-       Hanya menggambarkan hubungan aosiasi bukan sebab akibat
-       Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.

Kelebihan rancangan cross sectional :
-          Mudah dilaksanakan
-          Sederhana
-          Ekonomis dalam hal waktu
-          Hasilnya dapat diperoleh dengan cepat
-          Dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel resiko maupun efek

Kekurangan rancangan cross sectional :
-          Diperlukan subjek penelitian yang besar
-          Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat
-          Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan
-          Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan efek paling lemah bila dibandingan dengan dua rancangan epidemiologi yang lain

B. Kasus kontrol (case control)
            Rancangan Kasus Kontrol adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara penyebab suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status penyebab penyakitnya.
            Penelitian case control adalah suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif.

 
Tahap-tahap penelitian case control :
-          Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek)
-          Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel)
-          Identifikasi kasus
-          Pemilihan subjek sebagai kontrol
-          Melakukan pengukuran retrospetif (melihat ke belakang) untuk melihat faktor resiko
-          Melakukan analisis dengan menbandingkan proporsi antara variabel-variabel objek penelitian dengan variabel-variabel kontrol
Contoh : Peneliti ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi (kekurangan gizi) pada balita dengan prilaku pemberian makanan oleh ibu.
Ciri rancangan kasus kontrol :
-          Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau tidak (kontrol) suatu kasus yang ingin diamati kemudian proporsi pemajanan dari kedua kelompok tersebut dibandingkan
-          Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi diketahui variabel bebas (penyebab)
-          Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama
-          Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek (kasus) yang terkena penyakit) sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif
-          Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik yang sama dengan kasus
-          Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan diteliti

Kelebihan rancangan penelitian case control :
-          Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus jarang atau yang masa latennya panjang
-          Hasil dapat diperoleh dengan cepat
-          Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit
-          Subjek penelitian sedikit
-          Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu akibat
-          Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih tajam dibanding dengan hasil rancangan cross sectional

Kekurangan rancangan penelitian case control :
-          Sulit menentukan kontrol yang tepat
-          Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh
-          Sukar untuk menyakinkan dua kelompok tersebut sebanding
-          Tidak dapat dipakai lebih dari satu variabel dependen
-          Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat dikendalikan

C. Kohort
            Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok terpajan dan kelompok yang tidak terpajan berdasar status penyakitnya.
                Penelitian kohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan faktor efek melalui pendekatan longitudinal kedepan atau prospektif.





Langkah – langkah pelaksanaan penelitian kohort :
-                    Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek
-                    Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
-                    Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari subjek dengan efek negatif
-                    Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
-                    Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok
-                    Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok kontrol
Contoh : Penelitian ingin membuktikan adanya hubungan antara cancer (Ca) paru (efek) dengan merokok (risiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.

Ciri khas dari rancangan kohort :
-          Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yang berbaris maju ke depan
-          Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan faktor tertentu dan kemudian diikuti dalam periode waktu tertentu untuk menentukan munculnya penyakit pada tiap kelompok
-          Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek
-          Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efek diikuti secara prospektif
-          Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel terikat (akibat)
-          Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif 

Kelebihan Rancangan kohort :
-          Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit atau efek yang diteliti
-          Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko dengan efek secara temporal
-          Dapat meneliti beberapa efek sekaligus
-          Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang
-          Dapat meneliti multipel efek dari satu pemajan
-          Dapat menetapkan hubungan temporal
-          Mendapat incidence rate
-          Biasnya lebih kecil

Kekurangan rancangan kohort :
-          Memerlukan waktu yang lama
-          Sarana dan biaya yang mahal
-          Rumit
-          Kurang efisien untuk kasus yang jarang
-          Terancam Drop Out dan akan mengganggu analisis
-          Menimbulkan masalah etika
-          Hanya dapat mengamati satu faktor penyebab


1.3.2 STUDI EKSPERIMENTAL

            Rancangan studi eksperimen adalah jenis penelitian yang dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat. Menurut Bhisma Murti rancangan studi ini digunakan ketika peneliti atau oranglain dengan sengaja memperlakukan berbagai tingkat variabel independen kepada subjek penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel dependen.
            Berdasarkan penelitian tersebut studi eksperimen (studi perlakuan atau intervensi dari situasi penelitian ) terbagi dalam dua macam yaitu rancangan eksperimen murni dan quasi eksperimen.

A.      Rancangan eksperimen murni
            Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang memperlakukan dan memanipulasi sujek penelitian dengan kontrol secara ketat.
Penelitian eksperimen mempunyai ciri :
-          Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang diteliti (memanipulasi suatu variabel)
-          Ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian secara acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian
-          Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hampir semua pengaruh faktor penelitian terhadap variabel hasil yang diteliti

B.       Quasi Eksperimen (eksperimen semu)
            Quasi Eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang dalam mengontrol situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan tertentu dan atau penunjukkan subjek penelitian secara tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian.
Ciri dari quasi eksperimen :
-          Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan sujek penelitian secara tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian. Hal ini disebabkan karena ketika pengalokasian faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan randominasi
-          Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan pengalokasian faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan randominasi sehinggasulit mengontrol variabel secara ketat.

Minggu, 06 Mei 2012

KASUS LUAR BIASA (KLB) kelompok II


KASUS LUAR BIASA (KLB)


I.1 PENGERTIAN KASUS LUAR BIASA (KLB)

             Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Beberapa pengertian KLB menurut para ahli :
- Kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu/sekelompok masyarakat tertentu. (Mac Mahon and Pugh, 1970; Last, 1983, Benenson, 1990),
- Peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang sama (Last, 1983).

I.2 KRITERIA KLB
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit di suatu wilayah tertentu, kadang–kadang dapat merupakan kejadian yang mengejutkan dan membuat heboh masyarakat di wilayah itu. Oleh sebab itu sesuai dengan SK Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman No. 451-I/PD.03.04.IF/191, diperlukan pengamatan yang merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti, dan terus menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa / interprestasi, penyajian data dan pelaporan.
Dengan Kriteria :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit atau kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut–turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian penyakit atau kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya ( jam, hari, minggu, bulan, tahun )
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate ( CGR ) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu yang menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan CFR dari periode sebelumnya.
7. Proportional Rate ( PR ) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu  sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : kolera, DHF/DSS
    • Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).
    • Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9.Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
a) Keracunan makanan
b) Keracunan pestisida 

Klasifikasi KLB atau wabah yang terjadi dapat digolongkan dalam letusan kejadian yang bersumber dari makanan atau minuman dan air, yang lain berupa penyakit-penyakit menular atau kejadian yang tidak diketahui sebab-sebabnya.
Dalam hal ini dapat digolongkan menjadi 2 bagian termasuk contohnya yaitu :
1. Menurut penyebabnya: Toxia ( Staphylococus Aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella), Infeksi (Virus, Bakteri, Protozoa, Cacing),Toxin Biologis (Racun Jamur, Alfa Toxin, Plankton, Racun Ikan), dan Toxin Kimia (Cyanida, Nitrit, Pestisida, CO,CO2, HCN).
2. Menurut sumbernya : Manusia (Tangan, Tinja, Air Seni, Muntahan), Kegiatan Manusia (Pembuatan Tempe Beragi, Penyemprotan, Pencemaran Lingkungan, Penangkapan Ikan Dengan Racun), Binatang (Piaraan, Unggas, Hewan Beracun), Udara (Pencemaran Udara), Alat-alat (Pegangan Pintu, WC Umum, Telepon Umum), Air (Air tercemar misalnya Vibrio Cholerae, Salmonella), dan Makanan (Zat Kimia, atau Makanan Kedaluarsa).

Adapun penyakit-penyakit tertentu yang diamati yang dapat menimbulkan Wabah atau KLB sesuai dengan acuan PerMenKesRI No. 560/MENKES/PER/VIII/1989 adalah : Kholera, Pes, Demam Kuning, Demam Bolak – balik, Tifus Bercak, Demam Berdarah, Campak, Polio, Difteri, Pertusis, Rabies, Malaria, Influenza, Hepatitis, Tifus Perut, Meningitis, Endefalitis, Anthrax, Diare, da Keracunan.  Jika kita melihat sekilas di atas, maka kita maklumi bahwa apapun dapat terjadi, baik karena virus, kecelakaan, bahkan sekarang yang sering terjadi seperti keracunan massal di sekolah maupun pabrik  karena catering. Dalam hal penanganan jika suatu penyakit merebak sesuai perhitungan kriteria di atas, semua lembaga kesehatan bersama masyarakat dapat dilibatkan untuk membantu menangani, melaporkan, bahkan turut serta dalam membendung meningkatnya penyebaran penyakit agar tidak menjadi semakin buruk atau bencana. Oleh sebab itu digalakkanlah kegiatan Surveillance.

I.3 PENYELIDIKAN KASUS LUAR BIASA (KLB)
Penyelidikan  KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan pada KLB atau adanya dugaan KLB untuk memastikan adanya KLB, penyebab, gambaran epidemiologis, sumber penyebaran, faktor yang mempengaruhi serta menetapkan cara penaggulangan yang efektif dan efisien.
*       ISOLASI : pemisahan penderita yang menular gengan orang yng rentan terhadap penyakit tersebut.
*       EVAKULASI : pemisahan atau pemindahan penduduk sebagian atau seluruhnya dari lokasi yang terjangkit ke lokasi yang aman.

Tujuan Penyelidikan Epidemiologi
Tujuan umum :
• mencegah meluasnya (penanggulangan)
• Mencegah terulangnya klb di masa yang akan datang (Pengendalian)
Tujuan khusus :
• diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
• memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB,
• Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
• Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
• Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang Beresiko akan terjadi KLB (CDC, 1981; bres, 1986).

I.4 PENANGGULANGAN KASUS LUAR BIASA (KLB)
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilakukan untuk menangani penderita, mencegah timbulnya penyakit atau kematian baru pada suatu klb yang sedang berlaku. Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).
Penderita atau tersangka penderita penyakit yang dapat menimbulkan KLB dapat diketahui jika dilakukan pengamatan yang merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti dan terus-menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian data dan pelaporan.
Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB, maka perlu dilakukan penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengenal sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasan KLB tersebut di samping tindakan penanggulangan seperlunya (Depkes, 2000).
Hasil penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam upaya penanggulangan KLB.
Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya. Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (depkes, 2000).

I.5 BATASAN-BATASAN KASUS LUAR BIASA (KLB)
Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang diuraikan sebagai berikut :
*       meliputi semua kejadian penyakit (infeksi, akut, kronis, non-infeksi)
*       Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan jumlah penderita yang dikatakan sebagai KLB
*       Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai untuk menentukan KLB. Luas daerah sangat bergantung dari cara penularan penyakit tersebut
*       Waktu yang digunakan untuk KLB sangat bervariasi

PENTING DIINGAT :
*      KLB tersembunyi, sering terjadi pada penyakit yang belum dikenal Atau penyakit yang tidak mendapat perhatian karena dampaknya belum diketahui.
*      KLB palsu (pseudo-epidemic), terjadi oleh karena :
- Perubahan cara mendiagnosis penyakit,
- Perubahan perhatian terhadap penyakit tersebut, atau perubahan organisasi pelayanan kesehatan,
- Perhatian yang berlebihan





DISUSUN OLEH KELOMPOK II

- Dian Purnama Sari

- Dyah Ayu Sekarjati Ningrum

- Eka Devia Ningsih

- Eli

- Mayessi Ulita S.

- Ratmelia Vitasari

- Renny Pujiastuti

- Septyarti Lestari